Home Berita Wamenkes : Biaya Tes PCR Rp 300 Ribu Masuk Akal

Wamenkes : Biaya Tes PCR Rp 300 Ribu Masuk Akal

0
SHARE

Jakarta, newsonline.id– Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono menegaskan, biaya Rp 300 Ribu untuk tes PCR, merupakan harga masuk akan dan realistis untuk dilakukan. Dan dengan harga murah, masyarkat dapat melakukan tasting secara masal sebagai upaya mengantisipasi gelombang covid-19.

“Target yangd iberikan oleh bapak presiden tentang tes PCR Rp 300 ribu itu, bukan tanpa dasar. Pak presiden pasti sudah menghitung dan mendapatkan informasi berapa harga reagen, harga pemeriksaan, dan berapa kapasitas yang bisa kita lakukan untuk pemeriksaan PCR. Jadi angka Rp 300 ribu itu, setelah dihitung-hitung, adalah angka yang masuk akal,” tegasnya, di gedung KPK, Selasa (26/10).

Ia mengungkapkan, Kementerian Kesehatan telah melakukan serangkaian persiapan, antara lain melakukan pemodelan dan penyederhanaan harga reagen yang masuk. Sebab, komponen besar dan penting dalam tes PCR yakni reagen.

“Jadi riel untuk dilaksanakan. Saya sudah melaksanakan persiapan, antara lain sudah melakukan pemodelan untuk menyederhanakan harga reagen yang masuk. Itu yang paling penting, karena itu adalah komponen terbesar dari seluruh pembiayaan dari tes PCR. Jadi melakukan penyederhanaan reagen yang masuk, itu yang akan kami segera kami tindaklanjuti. Sehingga harga tes PCR bisa menjadi dibawah Rp 300 ribu atau Rp 300 ribu, yang sekarang masih Rp499 ribu,” jelasnya.

Ditegaskan, biaya tes PCR yang terjangkau sangat penting untuk mengantisipasi masuknya penyebaran covid-19, khususnya untuk melakukan testing. “Ini menjadi penting, karena untuk mengantisipasi gelombang-gelombang berikutnya, adalah testing tepat. Dan testing ini bisa dilakukan oleh masyarakat secara luas apabila biayanya terjangkau. Dan apa yang sampaikan oleh bapak presiden, kami tindaklanjuti secra teknis,” ucapnya.

Ia menambahkan, kedatangan gelombang covid-19, sangat ditentukan oleh prilaku masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan secara baik di dalam komunitas. “Sekarang ada varian baru, ada delta dan ada delta plus yang sudah berkembang di inggis yang menyebabkan adanya gelombang baru. ini juga kita coba untuk kita identifikasi, sehingga tidak menyebabkan kenaikan gelombang,” katanya.

Ia berharap, masyarakat tidak terjebak dalam euphoria dengan melandainya kasus covid-19 saat ini. sebab, dibeberapa tempat yang sudah kami identifikasi, mengalami kenaikan sedikit dibandingkan dengan tempat-tempat lain. (Mandausing)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here