JAKARTA, Newsonline.id.— Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah melakukan kolaborasi dengan Muslimat untuk atas masalah gizi masyarakat. Kolaborasi ini libatkan 40 an ribu kader kedua organisasi sayap perempuan Muhammadiyah dan NU ini di seluruh Indonesia.
Anggota Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah, Chairunnisa dalam siaran pers yang diterima redaksi pada, Selasa (27/12) menuturkan bahwa pihaknya telah lama concern terhadap persoalan ini. kegiatannya mulai dari penyuluhan sampai dengan penelitian.
Dia menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah di daerah Langkat, Medan dan Pekanbaru tersebut merupakan upaya untuk menemukan penyebab terjadinya stunting pada anak. Penelitian tersebut menemukan fakta bahwa, terjadinya stunting karena jenis-jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi.
“Aisyiyah juga menemukan fakta bahwa kental manis ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dan berdasarkan penelitian ‘Aisyiyah, faktor pemberian kental manis karena ketersediaannya yang dapat ditemukan dimana saja dan mudah dijangkau,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, susu kental manis yang banyak dikonsumsi oleh sebagian besar balita tersebut karena mudah diakses dan harganya terjangkau. Hal ini yang kemudian menjadi alasan ibu-ibu memberikan anaknya susu kental manis ketimbang makanan dan minuman yang bergizi.
“Sehingga dijadikan pilihan oleh masyarakat untuk memberikan produk tersebut ke anak mereka dibandingkan memberikan makanan dan minuman yang bergizi,” jelasnya.
Di sisi lain, ketidaktahuan atau rendahnya literasi yang dimiliki oleh ibu-ibu juga menjadi faktor yang harus dientaskan. Berbekal basis data dari penelitian tersebut, kader ‘Aisyiyah melakukan kegiatan turun lapangan untuk mengedukasi masyarakat, terutama keluarga yang memiliki balita.
Selain susu kental manis, juga ditemukan kenyataan bahwa orang tua memilih air gula untuk diberikan kepada anak balitanya sebagai pengganti susu. Padahal Air Susu Ibu (ASI) jauh lebih bergizi jika dibandingkan dengan air gula maupun susu kental manis.
“Kami sempat menemui ada ibu yang memberikan anaknya air dengan gula dan dijadikan sebagai pengganti susu. Saat melihat hal itu, kami cukup prihatin dan merasa perlu digencarkan penyuluhan kepada para ibu terkait larangan pemberian air dengan gula untuk menjadi nutrisi tambahan bagi balitanya,” papar Nisa.
Gerakan yang sama juga dilakukan oleh Muslimat NU, seperti yang disampaikan oleh Ketua Bidang Kesehatan Muslimat Nu, dr. Erna Yulia Soefihara. Dari hasil turun lapangan yang dilakukan Kader Muslimat, menemukan rendahnya perhatian orang tua terhadap gizi anak-anak mereka.
Di wilayah Nusa Tenggara Timur misalnya, sebagai daerah dengan penghasil ikan yang baik bagi gizi anak, orang tua di sana lebih sering memberi anak-anak mereka uang untuk jajan di luar, daripada memberi mereka makanan dari olahan ikan tersebut.
“Di mana daerah Timor Tengah Utara merupakan daerah penghasil ikan yang bermanfaat bagi gizi anak, namun masyarakat terutama orang tua tidak membiasakan memberikan anaknya ikan. Kami malah banyak menemui orang tua yang memberikan anaknya uang untuk jajan makanan dan minuman yang tidak bergizi,” tambahnya. (sn01)