Sumbawa Besar, newsonline.id – Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) untuk industry pengolahan Kabupaten Sumbawa, masih rendah. Sehingga secara umum, produk-produk daari kabupaten sumbawa, masih dijual keluar dalam bentuk bahan baku atau bahan mentah.
“Yang kita ingin dorong sekarang, berkembangnya industry pengolahan. Industry pengolahan masih sangat rendah memang kontribusinya. Kurang dari 20 persen PDRB-nya,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daearah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa, melalui Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi, Dedi Heriwibowo, di ruang kerjanya Kamis (30/09).
Disebutkan, industry pengolahan akan terus didorong, terutama melalui investasi sektor swasta. “Tapi ini adalah perkembangan yang tidak bisa dihindari dari berkembangnya sektor pertanian dan perdagangan. Sehingga kedepan, kita akan mendorong tumbuhnya industry pengolahan ini. terutama yang berasal dari investasi sektor swasta. Kalau secara makro itu, kita lihat share PDRB-nya tadi. Kalau sektor pertanian secara umum hampir 40 persen, sementara kalau di industry pengolahan masih disektiar 2 persen,” jelasnya.
Berdasarkan angka tersebut maka tergambar, sebagian besar produk dari Kabupaten Sumbawa masih belum diolah. “Jadi sebagian besar bahan baku kita belum kita olah. Masih lebih banyak kita jual keluar untuk diperdagangkan,” katanya.
Tercatat di Daerah Lain
Sehingga, bahan baku atau barang dari Kabupaten Sumbawa masih tercatat di daerah lain dalam neraca perdagangan ekspor, seperti bawang, beras, dan udang. Sedangkan jagung telah mengalami perbaikan dari sebelumnya tercatat di Surabaya menjadi Kabupaten Sumbawa.
“Sayangnya data untuk tercatat dalam neraca perdagangan kita seperti neraca perdagangan ekspor, itu juga tidak tercatat dengan baik. Misalnya bawang kalau ekspor, banyak tercatat di Brebes. Jagung sekarang ini sudah mulai lumayan, sudah mulai tercatat di sumbawa. dulu tercatat di Surabaya. Terus beras, tercatat di Lombok, di Surabaya juga. Udang apalagi. Udang ini sebenarnya kita adalah penghasil yang luar biasa. Tapi udang kita tercatat di wilayah eksportir, seperti di Surabaya,” jelasnya.
Dikatakan, dengan kondisi tersebut, maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap penerimaan daerah. Dan berdasarkan penilaian pemerintah pusat, maka kontribusi Kabupaten Sumbawa dalam ekspor masih rendah.
“Karena dipemerintah pusat itu, tercatat neraca ekspor masing-masing daerah. Dan pemerintah pusat menerbitkan yang namanya sertificate of origine atau SKA (Surat Keterangan Asal). Dan surat ini terbit di pintu kepabeanan terakhir eksport kita. jadi kalau eksport di Surabaya, maka akan tercatat Surabaya. Sehingga kalau pemerintah (pusat) melihat kontribusi masing-masing daerah dalam eksport nasional, maka tentu sumbawa lebih kecil dari kenyataannya. Karena banyak tercatat di daerah lain. Dan pada saat dibagi dalam bentuk misalnya Dana Bagi Hasil (DBH), maka karena kita rendah, jadi rendah juga,” jelasnya. (Mandausing)