Sumbawa Besar, newsonline.id – Kepala Perpusatakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando mengatakan, minat baca di Indonesia tergolong sangat tinggi, namun belum sejalan dengan kemampuan literasi. Sehingga hal tersebut menjadi perhatian khusus, terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, untuk Indonesia Maju, Indonesia Unggul Untuk Dunia.
“Minat baca anak Indonesia itu sangat tinggi, tapi bahan bacaan, aksesnya itu sangat terbatas. itu satu buku, ditunggu 90 orang,” kata Kepala Perpusatakaan Nasional, usai menjadi pembicara dalam Seminar Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Kabupaten Sumbawa dan Pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Sumbawa, serta Penandatangan Nota Kesepakatan Antara Perpustakaan Nasional dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Sumbawa, di Lantai III Kantor Bupati Sumbawa, Rabu (06/10).
Dijelaskan, literasi diartikan dalam tiga definisi yakni kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, kemampuan untuk mengakses sumber-sumber bahan bacaan yang baik dari seluru dunia. Dan kemampuan untuk menciptakan barang dan jasa yang dapat menciptakan barang jadi bermutu yang dapat digunakan untuk kompetisi global.
“Karena bahan terbatas, itu berpengaruh kepada kemampuan literasi anak Indonesia. Karena itu, orang-orang professional selalu tergantung pada engine, atau mesin pencari pengetahuan terbaik. Itu ada scopus, macam-macam. Kalau ini, benar. Literasi kita rendah, karena produk kita selalu kalah dengan negara-negara maju,” ungkapnya.
Sehingga, Indonesia saat ini masih mengandalkan ekspor bahan baku. Dan kondisi tersebut menjadi perhatian khusus presiden, agar dilakukan perubahan. Agar mengurangi eksport bahan baku menjadi eksport barang jadi yang memiliki nilai jual tinggi.
“Dan ini yang menjadi perhatian khusus. Perintah Bapak Presiden, agar ini dirubah. Mengurangi mengekspor bahan baku, tapi menjadi barang jadi, baru di ekspor. Sehingga nilai jualnya lebih tinggi. Karena itu, titik beratnya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Itu strong pointnya kebijakan bapak presiden, tentang peningkatan kualitas SDM menuju Indonesia maju, Indonesia unggul untuk dunia,” ucapnya.
Ia menegaskan, saat ini baik buku elektronik maupun buku cetak sama-sama diperlukan, meskipun era saat ini telah didonimasi oleh digital. “Kalau namanya revolusi industry, kan dari tenaga manusia, kemudian ke mesin, kemudian ke siber, ke IoT. Kalau di perpustakaan, buku cetak diera digital dan buku elektronik sama-sama diperluakan. Itu tidak boleh dipertentangkan (antara buku cetak dan elektronik),” ucap Kepala Perpusatakaan Nasional. (Mandausing)